Syntax
Literate : Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 3, No. 11 November 2018
SISTEM
DUKUNGAN KELUARGA DALAM PERUBAHAN GAYA HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS: STUDI
FENOMENOLOGI
Nonok Karlina
Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Mahardika Cirebon
Email: nonok.karlina@gmail.com
Abstrak
Dukungan keluarga sangat berperan
penting dalam pengelolaan diri pasien diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan
mengeksplorasi sistem dukungan keluarga dalam perubahan gaya hidup pasien
diabetes melitus. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode
fenomenologi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 8 partisipan pasien dan
8 partisipan anggota keluarga. Hasil analisa data pada pasien dan keluarga
teridentifikasi delapan tema, yaitu: respon psikologis terhadap penyakit,
perubahan gaya hidup, dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan
instrumental, reaksi emosi positif, harapan untuk kesehatan dan kendala dalam
dukungan. Tema yang berkaitan dengan dukungan penghargaan tidak secara spesifik
ditemukan dalam penelitian ini.
Kata kunci: Dukungan Keluarga, Diabetes Melitus, Gaya Hidup
Pendahuluan
DM
merupakan penyakit menahun yang timbul pada seseorang disebabkan karena adanya
peningkatan kadar gula atau glukosa darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif (Drum & Zierenberg, 2005). Masalah
yang menyebabkan DM sangat kompleks dan melibatkan banyak faktor
(multifaktorial). Beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi diantaranya
obesitas, kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi serat dan konsumsi lemak
tinggi, merokok, dislipidemia, hiperglikemia dan toleransi glukosa terganggu
(PERKENI, 2011).
Prevalensi
DM meningkat baik secara global dan nasional. International Diabetes Federation (IDF) memprediksi kenaikan jumlah
pasien DM di dunia sebanyak 366 juta pada tahun 2011 menjadi 552 juta pada
tahun 2030. Berdasarkan statistik selama 10 tahun terakhir, IDF memprediksikan
pada tahun 2030 Indonesia akan berada pada peringkat ke enam dengan jumlah
penderita mencapai 12 juta jiwa (IDF, 2011).
Hiperglikemia
yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan komplikasi yang bersifat
akut dan kronis. Penatalaksanaan DM menurut konsensus PERKENI (2011) meliputi
empat pilar utama yakni edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani dan
farmakologis yang bertujuan untuk mencapai kontrol glikemik. Kontrol glikemik
merupakan hal yang terpenting dalam pengendalian dan pengelolaan diri
DM
(Snow, 2004). Agar pasien berperan aktif dalam kontrol glikemik maka dibutuhkan
dukungan keluarga. Oleh karena itu dukungan keluarga memiliki peran penting
dalam mendampingi pasien menuju perubahan perilaku yang positif yaitu perubahan
pada gaya hidup dari yang tidak teratur menjadi yang terencana (PERKENI, 2011).
Beberapa
ahli menyebutkan bahwa perubahan gaya hidup seperti pengaturan makan, aktivitas
fisik dan kepatuhan berobat telah terbukti secara ilmiah dapat mengendalikan
kadar glukosa darah dan mencegah resiko terjadinya DM (Tuomilehto, 2001;
Knowler, 2002; Ramachandran, 2006). Dukungan keluarga sangat berperan penting
dalam pengobatan DM (Wen, 2004). Mendukung pernyataan diatas, Neff dalam
Hensarling (2009) juga menyebutkan bahwa dukungan keluarga merupakan indikator
yang paling kuat memberikan dampak positif terhadap pengelolaan diri pada
pasien DM.
Perawat
berinteraksi dengan keluarga dalam berbagai latar belakang budaya. Prioritas
utama dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien DM adalah untuk
mempertahankan kontrol glikemik sehingga mencegah terjadinya komplikasi baik
makrovaskuler maupun mikrovaskuler.
Metode
Penelitian
Desain
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode
fenomenologi. Partisipan pada penelitian ini adalah penderita DM yang melakukan
pengobatan di RSUD Gunung Jati Cirebon.
Partisipan diambil sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan, dengan
jumlah partisipan 8 pasien dan 1 orang anggota keluarga dari masing- masing
pasien. Penelitian ini menggunakan purposive
sampling yang didasarkan pada hasil penelitian yang sudah mencapai taraf
saturasi dimana melalui 8 partisipan sudah tidak didapatkan jawaban baru lagi
mengenai sistem dukungan keluarga dalam perubahan gaya hidup pasien DM.
Penelitian
dilakukan pada bulan Mei – Juli 2013.
Dalam pengumpulan data penderita DM dipilih berdasarkan kriteria inklusi.
Setelah terpilih partisipan diberikan informed
consent dan yang setuju menjadi partisipan dilakukan wawancara mengenai
dukungan keluarga dalam perubahan gaya hidup dengan menggunakan panduan
wawancara semi terstruktur dan direkam dengan menggunakan tape recorder. Wawancara dilakukan sesuai waktu dan tempat yang
disetujui partisipan. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan di rumah sakit
RSUD Gunung Jati Cirebon dan dirumah. Selanjutnya data yang diperoleh, didokumentasikan,
dicatat dan dikelompokkan sesuai tema. Data hasil penelitian diklarifikasi
kembali ke partisipan sebagai validasi data.
Data
setelah wawancara ditranskripkan, kemudian dicari kata kunci yang sesuai dengan
tema yang ada di dalamnya. Selanjutnya transkrip dibaca kembali untuk
memastikan kesesuaian isi.
Keabsahan
dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui kredibilitas, transferability, dependability dan confirmability. Dan pada akhir
wawancara, peneliti menyimpulkan hasil wawancara dan menanyakan kebenarannya
kepada partisipan.
Hasil
dan Pembahasan
Jumlah
partisipan dalam penelitian ini 8 pasien dan 1 anggota keluarga. Karakteristik
partisipan dapat dilihat di tabel dibawah ini:
Tabel 1.
Karakteristik Pasien
Tabel 2.
Karakteristik Keluarga
1. Respon psikologis
terhadap penyakit
Respon psikologis
yang dirasakan
oleh partisipan yaitu
dengan menerima dan tidak
menerima kenyataan. Menerima ditunjukkan dengan
menganggap penyakit adalah ujian dari
Allah dan tidak menerima ditunjukkan dengan adanya rasa takut. Salah satu ungkapan
dari pasien
tersebut sebagai berikut:
“..dikasih penyakit, ini-ini saya terima
gitu bu, katanya orang penyakit kuh itu bukan punya anu saya sendiri, anunya
allah bokat ujiannya allah gitu, kan saya orang manusia ya terima aja..”
(P6)
Adapun respon psikologis yang dirasakan
keluarga adalah menerima dan tidak menerima kenyataan. Menerima ditunjukkan
dengan adanya ikhlas, nasib, pasrah, bersyukur dan merasa siap. Sedangkan tidak
menerima ditunjukkan dengan adanya khawatir dan sedih.
Salah satu
ungkapan dari keluarga tersebut sebagai berikut:
“..buat
saya masih bersyukur bahwa istri saya masih bisa artinya masih
mendampingi saya masih bisa membahagiakan saya..” (C4)
Individu yang mengalami duka cita
mencoba berbagai strategi untuk menghadapinya. Worden (1982; dalam Delaune
& Ladner, 2002) individu akan berespon terhadap kejadian berduka baik itu
dengan menerima realitas dari kehilangan termasuk didalamnya menyesuaikan
lingkungan, dan memberdayakan kembali energi emosional kedalam hubungan yang
baru atau bahkan akan mengalami kepedihan akibat kehilangan.
2. Perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup yang dilakukan oleh
pasien dan keluarga ditunjukkan dengan pengaturan pola makan, pengobatan yang
teratur, perubahan kegiatan sehai-hari dan olahraga.
Salah satu ungkapan
dari pasien tersebut sebagai berikut:
“...makan dibatas, makan ini dilarang,
makan terlalu banyak apalagi..” (P8)
Adapun ungkapan dari keluarga
adalah sebagai berikut:
“Setelah
istri saya dinyatakan punya gula, hidup kita berubah, sekarang ibu tidak
bisa banyak bergerak tapi ibu jadi sangat lembut. Ibu lebih peduli tentang
anak-anak juga. Sebelumnya kita suka pergi untuk bersilaturahmi sama
saudara dua atau tiga kali seminggu tapi dengan waktu semua itu tidak
dilakukan lagi.., lenyap" (C8).
Perubahan
gaya hidup seperti pengaturan makan, aktivitas fisik dan kepatuhan berobat
dapat mengendalikan kadar glukosa darah (Ramachandran, 2006).
3. Dukungan Instrumental
Dukungan instrumental yang diterima oleh
pasien dan dukungan yang diberikan oleh keluarga ditunjukkan dengan membayar
pengobatan, bantuan fisik dengan dipenuhinya kebutuhan sehari-hari dan
meluangkan waktu dengan didampingi dan diantar dalam menjalani pengobatan.
Hal ini
diungkapkan partisipan seperti dibawah ini:
“iya
sayang sama kita, dia kalo gak sayang sama kita, ngga ditungguin saya..”
(P7)
Adapun dukungan
yang diberikan keluarga diungkapan sebagai berikut:
“saya nemenin
pokoknya suka dukanya lah dipikul berdua gitu aja..” (C7)
Dukungan
ini bersifat nyata dan bentuk materi bertujuan untuk meringankan beban bagi
individu yang menderita masalah kesehatan dan keluarga dapat memenuhinya,
sehingga keluarga merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit yang
mencakup dukungan atau bantuan seperti uang, peralatan, waktu, serta modifikasi
lingkungan (Ford, 1998).
4. Dukungan Informasional
Dukungan informasional yang dilakukan
ditunjukkan oleh pasien dan caregiver yaitu dengan memberikan nasehat dan
saran. Partisipan
pasien mengungkapkan menerima nasehat dan saran seperti dalam hal makanan yang
dilarang, banyak istirahat, asupan makanan, minum obat, kontrol berobat dan
bersosialisasi. Seperti diungkapkan dibawah ini:
“..suami
ngingetin tiap bulan juga harus, harus rutin kontrol” (P4)
Adapun dukungan yang diberikan keluarga
berupa memberikan nasehat dan saran dalam perilaku makan, jadwal istirahat,
menenangkan jangan terbebani penyakit, minum obat, kontrol berobat dan
bersosialisasi. Seperti ungkapan dibawah ini:
“Saya
selalu mengingatkan ini ini sudah tanggal berapa ko belum periksa-periksa..”
(C4)
Keluarga memberikan informasi atau
pengetahuan kepada penderita DM tentang kebutuhan nutrisi, pengaturan makan dan
pentingnya mengatasi faktor resiko seperti pola makan yang tidak sehat (Van
Dam, 2005).
5. Dukungan Emosional
Dukungan emosional yang dirasakan pasien
antara lain perhatian dan kasih sayang yang ditunjukkan dengan memberi
perhatian, menanyakan keluhan, dan menyayangi. Seperti ungkapan berikut:
“Bokatan
ana keluhannya apa mak, ana keluhan apa sih mak, mak kayanya lemes bae kan
badane kayanya lemes periksa coba gitu, dibawa periksa ama anak” (P6)
Sedangkan
dukungan caregiver yang diberikan berupa perhatian dan kasih sayang yang
ditunjukkan dengan memberikan perhatian dan menanyakan keluhan. Seperti
ungkapan dibawah ini:
“Paling-paling
saya menyenangi suami saja melayani ayah makan ini mau ngga..” (C3)
Friedman, Bowden dan Jones (2010)
menyatakan bahwa dukungan emosional merupakan fungsi afektif keluarga, dalam
memenuhi kebutuhan psikososial anggota keluarga dengan bentuk perhatian, saling
mengasuh, dan cinta kasih diantara anggota keluarga.
6. Reaksi emosi positif
dalam dukungan
Reaksi emosi positif yang ditunjukkan
oleh pasien berupa respon psikologis antara lain merasa bahagia, bersyukur dan
merasa lebih disayangi. Hal ini diungkapkan seperti dibawah ini:
“Perasaannya
ya seneng gitu, orang anak heman, anak ngasih segala-segala buat
ibu” (P6)
Adapun reaksi emosi positif keluarga dalam memberikan dukungan dimaknai
sebagai yaitu respon psikologis, sebagai tanda bakti dan kewajiban. Respon
psikologis yang ditunjukkan dengan ikhlas, bersyukur dan menerima. Tanda bakti
ditunjukkan sebagai tanda bakti kepada orang tua. Dan kewajiban ditunjukkan
sebagai tanggung jawab suami kepada istrinya. Salah satu ungkapan tersebut
seperti dibawah ini:
“…mungkin
saat-saat ini saatnya kita berbakti balik gitu kepada orang tua karena
mungkin ya sebagai anak sudah sewajarnya lah berbakti kepada orang tua..”
(C2)
Martire (2006) menggambarkan anak
dewasa merawat orang tuanya untuk membalas atas asuhan yang dilakukan oleh tua
mereka saat masih kecil. Hasil penelitian Trief (2003) menyatakan bahwa
dukungan dari pasangan yang ditunjukkan suami kepada istrinya ataupun
sebaliknya dapat mempengaruhi pengelolaan diri pasien DM baik perilaku maupun
dalam pemecahan masalah
7. Kendala
Kendala yang dirasakan oleh pasien
adalah faktor keuangan seperti diungkapkan dibawah ini:
Ya
kendalanya keuangan bapaknya kan pensiunan ya neng” (P1)
Sedangkan kendala yang dirasakan
keluarga adalah faktor keuangan dan tersedianya waktu seperti diungkapkan
dibawah ini:
“Sering
berobatkan sekarang di poli di kesambi tuh tidak nol semua harus bayar
ya itu hambatannya..ya biaya” (C5)
Selain masalah emosional dan fisik,
penyakit diabetes melitus juga mempengaruhi
keuangan (Ijaz&Ajmal, 2011).
8. Harapan kesehatan
Harapan yang diinginkan oleh pasien
adalah diberikan kesembuhan dan mengharapkan ada obat yang mujarab untuk
mengobati penyakitnya, seperti diungkapkan dibawah ini:
“..harapannya
sih pengen sembuh, harapan pengen
sembuh walaupun begini tapi kan kembali dagang, bantuin anak..” (P7)
Adapun harapan yang diinginkan oleh
keluarga adalah diberikan kesembuhan berupa sembuh dari penyakit, berharap
tidak dirawat lagi dan berprilaku disiplin demi kesembuhan. Salah satu ungkapan
partisipan tersebut adalah seperti ungkapan dibawah ini:
“..ibu
tetap sehat sebagai pendamping bapak sampai cucu-cucu besar..” (C8)
Kesiapan meningkatkan harapan memiliki
definisi pola harapan dan keinginan yang cukup untuk memindahkan energi dengan
kemampuan diri sepenuhnya dan dapat diperkuat atau ditingkatkan (NANDA, 2011).
Kesimpulan
Makna
pengalaman klien DM dalam memperoleh dukungan keluarga dan caregiver dalam memberikan dukungan dalam perubahan gaya hidup
diwakili oleh delapan
tema, yaitu: respon psikologis terhadap penyakit, perubahan gaya hidup,
dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional, reaksi emosi
positif, kendala dalam dukungan, dan harapan kesehatan.
Respon
psikologis terhadap penyakit yang dirasakan oleh pasien dan keluarga adalah tidak
menerima dan menerima
kenyataan terhadap penyakit.
Perubahan
gaya hidup yang dirasakan oleh pasien setelah terdiagnosis DM dan keluarga
setelah anggota keluarga terdiagnosis DM meliputi pola makan, kepatuhan
berobat, perubahan kegiatan sehari-hari dan olahraga.
Bentuk
dukungan yang diperoleh oleh pasien meliputi dukungan instrumental, dukungan
informasional, dan dukungan emosional. Dukungan instrumental yang
diterima oleh pasien dan yang diberikan oleh keluarga berupa membayar
pengobatan, bantuan fisik dengan dipenuhinya kebutuhan sehari-hari dan
meluangkan waktu dengan didampingi dan diantar dalam menjalani pengobatan.
Dukungan
informasional yang diterima
oleh pasien dan yang diberikan keluarga berupa
nasehat dan saran seperti dalam hal makanan yang dilarang, banyak istirahat,
asupan makanan, minum obat, kontrol berobat dan bersosialisasi.
Dukungan emosional yang diterima
pasien dan yang diberikan
oleh keluarga adalah perhatian dan kasih
sayang yang ditunjukkan dengan memberi perhatian, menanyakan keluhan, dan
menyayangi. Kendala yang ditemui dalam
menerima dukungan dan keluarga dalam memberikan dukungan meliputi: faktor keuangan
dan waktu yang tersedia. Harapan yang diinginkan oleh pasien dalam menerima
dukungan maupun harapan yang diinginkan keluarga dalam memberikan dukungan
meliputi harapan diberikan kesembuhan.
Tema yang
berkaitan dengan dukungan penghargaan tidak secara spesifik ditemukan dalam
penelitian ini.
BIBLIOGRAFI
DeLaune, S, C & Ladner, P., K. 2002. Fundamental
Of Nursing ; Standards and Practice; Delmar/ Thomson Learning.
Drum, D., & Zierenberg, T. 2005. Type II diabetes source book (3rd ed.). USA: McGraw-Hill Companies.
Friedman M, Bowden VR, & Jones E.G. 2010. Keperawatan keluarga; riset,
teori,dan praktek. (Hamid, AY., Sutarna, A., Subekti, NB,. Yulianti, D.
& Herdina, N: alih bahasa). Jakarta: EGC.
Ford, M.E., Tilley, B.C & McDonald, P.E. 1998. Social support among African-American adults
with diabetes, part 2: A review. Journal of the national association,
90(7).
Hensarling, J. 2009. Development and psychometric testing of Hensarling’s diabetes family
support scale, a dissertation. Degree of Doctor of Philosophy in the
Graduate School of the Texas Women’s University.
Ijaz, S., & Ajmal, M.A. 2011. Experiencing type
II diabetes in pakistan. Pakistan Journal
of Social and Clinical Psychology.
International Diabetes Federation (IDF). (2011). IDF Diabetes Atlas. Brussel:
International Diabetes Federation.
Knowler, W.C., Barrett, C.E., Fowler, S.E., Hamman,
R.F., Lachin, M., Walker, E.A., et al. 2002. Reduction in the incidence of type
diabetes with lifestyle intervention or metformin, England Nursing Journal, 346, 393-403.
PERKENI. 2011. Konsensus
pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
Ramachandran, A., Snehalatha, C., Mary, S., Mukesh,
B., Bhaskar, A.D., & Vijay, V. 2006. Indian Diabetes Prevention Programme
(IDPP). The Indian Diabetes Prevention Programme shows that lifestyle
modification and metformin prevent type 2 diabetes in Asian Indian subjects with
impaired glucose tolerance (IDPP-1). Diabetologia,
49, 289–297.
Trief, O.M., Sandberg, J., Greenberg, R.P., Graff,
K., Castronova, N., Yeon, M., & Weinstock, R.S 2003. Describing support: A
qualitative study of coples living with diabetes. Families, Systems, & Health, 21(1), 57-67.
Tuomilehto, J., Lindstrom, J., Eriksson, J.G., Valle,
T.T., Hamalainen, H., Ilanne-Parikka, P., et al. 2001. Prevention of type 2
diabetes mellitus by change in lifestyle among subjects with impaired glucose
tolerance. England Nursing Journal,
344, 1343-1345.
Van Dam, H.A., Van der Horst, et al. 2005. Social
support in diabetes a systemic review of controlled intervention studies. Patient educations Counseling, 59(1),
1-12.
Wen, L.K., Parchman,
M.L., & Shepherd, M.D. 2004. Family
support and diet barriers among older Hispanic adults with type 2 diabetes. Clinical Research and Methods. 36 (6),
423-430.