Syntax
Literate : Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 3, No.12 Desember
2018
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN KEGIATAN REHAB RUMAH TIDAK
LAYAK HUNI PADA PROGRAM PNPM-MP
KABUPATEN TEGAL TAHUN 2012
Wahidin
Fakultas Teknik Universitas Muhadi Setiabudi (UMUS) Brebes
Email:wahidinnaures@gmail.com
Abstrak
Salah satu kegiatan
yang merupakan upaya penanggulangan kemiskinan adalah perbaikan atau rehab
rumah tidak layak huni yang biasa disingkat RTLH dari keluarga atau warga
miskin (gakin). Karena kegiatan ini bisa menghilangkan beberapa indikator
kemiskinan sehingga diharapkan bisa sedikit mengurangi beban bagi warga miskin. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan atau
rehab rumah tidak layak huni bagi warga miskin pada program PNPM-MP di kecamatan lebaksiu kabupaten Tegal. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Faktor-faktor sikap masyarakat,
nilai kegiatan, waktu pelaksanaan, sumber daya manusia, swadaya masyarakat, dan
pendamping program secara bersama-sama berpengaruh terhadap signifikan terhadap
keterlambatan pelaksanaan kegiatan rehab rumah yang tidak layak huni pada
program PNPM-MP. 2) faktor dominan yang
berpengaruh secara signifikan terhadap keterlambatan pelaksanaan kegiatan rehab
rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP, yaitu variabel nilai kegiatan, hal
ini ditunjukkan dari nilai koefesien
dari persamaan regresinya yaitu sebesar 0,604. Nilai kegiatan yang
dimaskud adalah besarnya alokasi dana atau nilai bantuan yang diberikan untuk
kegiatan perbaikan rumah. Bila dana
kegiatan itu semakin besar, maka ada kecenderungan pelaksanaan kegiatannya akan
mengalami keterslambatan
Kata Kunci: Faktor faktor Penyebab,
Rehab Rumah, PNPM-MP
Pendahuluan
Sejak tahun 2007, Pemerintah telah mencanangkan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP) yang mempunyai tujuan yaitu tercapainya kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat di wilayah perkotaan. Dan
pada tahun 2009 PNPM-P2KP dilakukan perubahan denagan nama generiknya yang baru
yaitu PNPM-MP (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan).
Dalam pelaksanaannya, program ini dilakukan dengan melalui pendampingan oleh
Fasilitator PNPM dengan melaksanakan mediasi, fasilitasi dan advokasi kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya masayarakat melalui
modal sosial yang dimiliki.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan yang diharapkan,
diperlukan keterlibatan saluruh masyarakat sebagai pelaku pembangunan.
Keikutsertaan atau partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebuah modal
sosial yang dilakukan melalui penyadaran kritis kepada komunitas masyarakat.
Dalam rangka menumbuhkan kesadaran masyarakat ini dilaksanakan dengan bimbingan
dan fasilitasi dari Fasilitator PNPM.
Karena memiliki peranan yang sangat penting, maka fasilitator
PNPM-MP dituntut agar memiliki kepekaan sosial dan respon terhadap dinamika
masyarakat. untuk meningkatkan kemandirian masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pembangunan, maka PNPM-MP khususnya di Kabupaten Tegal melakukan pola
pendekatan atau metodologi pembangunan partisipatif dengan konsep PRA (Partisipatory Rural Appraisal). Pendekatan
dengan cara ini menekankan pada perubahan sikap dan perilaku masyarakat.
Dengan metode tersebut diharapkan dapat memacu keterlibatan
dan kemandirian masyarakat, sehingga masyarakat merasa memiliki dan bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan program PNPM-MP. Sehingga proses pemberdayaan dalam
rangka membangun kemandirian masyarakat, akan muncul kesadaran kritis bahwa
sejatinya pembangunan itu pada dasarnya adalah membangun manusia, sebagai
paradigma baru dalam pembangunan di era globalisai sekarang ini. Pokok dari pelaksanaan program PNPM-MP ini adalah sebagai
sebuah upaya penanggulangan kemiskian di wilayah perkotaan. Kelompok sasaran
warga miskin diidentifikasi berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan secara
partisipatif. Maka semua kegiatan yang dilaksanakan oleh program ini harus
mengarah seluruhnya untuk kemanfaatn orang-orang miskin.
Salah satu kegiatan yang merupakan upaya penanggulangan
kemiskinan adalah perbaikan atau rehab rumah tidak layak huni yang biasa
disingkat RTLH dari keluarga atau warga miskin (gakin). Karena kegiatan ini
bisa menghilangkan beberapa indikator kemiskinan sehingga diharapkan bisa
sedikit mengurangi beban bagi warga miskin. Dalam kenyataannya pelaksanaan kegiatan perbaikan rumah tidak
layak huni, sering mengalami berbagai kendala terutama menyangkut penyelesaian
pekerjaan, dimana pada pelaksanaan kegiatan ini cenderung selalu mengalami
keterlambatan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
Penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian
yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan yang sedang
terjadi. Menurut Gay (1991),
mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi
pengumpulan data dalam rangka pengujian hipotesis atau menjawab pertanyaan
menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Dilihat dari tujuannya, penelitian ini merupakan studi
eksploratif untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
keterlambatan pelaksanaan kegiatan perbaikan rumah gakin pada program PNPM
mandiri perkotaan yang dilaksanakan di Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal pada
tahun 2011.
1.
Jenis Dan Sumber Data
a.
Data Primer
Data primer adalah dat-data yang diperoleh secara langsung
dari responden. Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh
secara langsung dari jawaban responden melalui pengisian kuesioner dengan
deidahului penjelasan tentang tata cara pengisiannya. Data primer juga
diperoleh melalui wawancara yang mendalam untuk melengkapi data dari jawaban
yang diperoleh melalui kuesioner.
b.
Data Sekunder
Menurut Umar (2004:43), menyatakan bahwa data sekunder adalah
data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik oleh pengumpul
data primer atau pihak lain. Jadi data sekunder merupakan data yang secara
tidak langsung berhubungan dengan responden yang diselidiki dan merupakan
pendukung bagi penelitian yang dilakukan.
2.
Analisa Data
Analisa data dilakukan
dengan menghitung rata-rata skor komponen tingkat keterlambatan pelaksanaan
kegiatan rehab rumah tidak layak huni, dan menghitung rata-rata skor komponen
tingkat pengaruh dari variabel bebas terhadap keterlambatan pelaksanaan
kegiatan rumah tidak layak huni.
Data yang terkumpul
selanjutnya dianalisis untuk mencari jawaban dari permasalahan dengan analisis
regresi dan korelasi berganda. Analisa data dilakukan dengan menggunakan
program SPSS. Rumus yang digunakan adalah :
Ȳ = a +
b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6
Dimana :
Ȳ = variabel terikat (dependent variable) yaitu tingkat keterlambatan penyelesaian
pekerjaan.
X1 = variabel
sikap masyarakat
X2 = variabel
nilai kegiatan
X3 = variabel
waktu pelaksanaan
X4 = variabel
nilai swadaya masyarakat
X5 = variabel
sumberdaya manusia
X6 = variabel
pendamping program
a = konstanta (intersep)
b1, b2, ……. b6 = koefesien
regresi parsial
Nilai a, b1,
b2,……b6 dihitung dengan metode kuadrat terkecil. Untuk mengetahui pengaruh
serentak dan parsial variabel bebas terhadap keterlambatan penyelesaian
kegiatan rehab rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP masing-masing
digunakan analisis varian (F-test) dan uji-t (t-test).
Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil Analisis Data
Faktor-faktor keterlambatan
pelaksanaan kegiatan rehab rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP di Kec.
Lebaksiu Kab. Tegal Tahun 2012, sebagai berikut:
1.
Faktor Sikap Masyarakat
Faktor
ini menjelaskan mengenai sikap yang ditunjukkan oleh masyarakat dalam
pelaksanaan program secara umum dan pada pelaksanaan kegiatan rehab rumah tidak
layak huni, secara khusus.
1)
Masyarakat mengetahui kegiatan PNPM Mandiri
Perkotaan lingkungannya sendiri.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,70 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti sikap masyarakat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat mengetahui kegiatan PNPM-MP di lingkungannya
sendiri mendapat respon yang tinggi.
2)
Masyarakat mengenali
permasalahan di lingkungannya sendiri secar mandiri.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,82 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti sikap masyarakat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat mengenali
permasalahan di lingkungannya sendiri mendapat respon yang tinggi.
3)
Masyarakat menetapkan
prioritas kegiatan melalui musyawarah masyarakat.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,60 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti sikap masyarakat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat menetapkan
prioritas kegiatan melalui musyawarah masyarakat mendapat respon yang tinggi
4)
Masyarakat merencanakan
kegiatan infrastruktur rehab rumah warga miskin dilingkungannya sendiri.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,59 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti sikap masyarakat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat
merencanakan kegiatan infrastruktur rehab rumah tidak layak huni di
lingkunganny sendiri mendapat respon yang tinggi.
2.
Faktor Nilai Kegiatan
Menjelaskan
dan menguraikan mengenai jumlah dana atau anggaran yang dialokasikan untuk
kegiatan-kegiatan dalam program PNPM-MP, terutama untuk kegiatan rehab rumah
tidak layak huni.
1)
Kesesuaian antara
anggaran yang dialokasikan dengan yang direncanakan sesuai rencana tahunan BKM.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,51 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti nilai kegiatan berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa kesesuaian antara anggaran yang dialokasikan dengan yang
direncanakan sesuai rencana tahuanan BKM
mendapat respon yang tinggi.
2)
Kesesuaian antara
anggaran yang ditetapkan kepada KSM dengan rencana dalam proposal kegiatan.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,58 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti nilai kegiatan berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa kesesuaian antara anggaran yang ditetapkan kepada KSM dengan rencana dalam proposal mendapat respon
yang tinggi.
3)
Kesesuaian anggaran
setiap rumah yang ditetapkan dengan kebutuhan setiap rumah dari hasil survey
sebagaimana dalam proposal kegiatan.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,80 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti sikap masyarakat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa kesesuaian anggaran setiapp rumah yang dietetapkan dengan
kebutuhan setiap rumah dari hasil survey sebagaimana dalam proposal kegiatan
mendapat respon yang tinggi.
4)
Kesesuaian dan/anggaran
yang diterima dengan yang direalisasikan di lapangana.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 4,10 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti sikap masyarakat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa kesesuaian pekerjaan di lapangan dengan laporan
pertanggungjawaban dari KSM sebagai pelaksana kegiatan mendapat respon yang
tinggi.
5)
Kesesuaian pekerjaan
dilapangan dengan laporan pertanggungjawaban dari KSM sebagai pelaksana
kegiatan.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 4,10 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti sikap masyarakat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa kesesuaian pekerjaan di lapangan dengan laporan pertanggungjawaban
dari KSM sebagai pelaksana kegiatan mendapat respon yang tinggi.
6)
Adanya potongan
anggaran.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 4,03 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti sikap masyarakat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya potongan anggaran mendapat respon yang tinggi.
3.
Faktor Waktu
Pelaksanaan
Faktor ini menjelaskan mengenai
jangka waktu pelaksanaan pada program PNPM-MP, berkaitan dengan ketepatan
terhadap jadwal yang sudah ditentukan, secara menyeluruh di awal.
1)
Kesesuaian waktu
pelaksanaan yang disepakati sesuai dalam proposal kegiatan.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 4,14 dan termasuk
kategori tinggi. Yang berarti waktu pelaksanaan kegiatan berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa kesesuaian waktu pelaksanaan yang disepakati sesuai dalam
kegiatan mendapat respon yang tinggi.
2)
Mengenai jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan yang terlalu lama dalam proposal kegiatan.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 4,07 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti waktu pelaksanaan kegiatan berpengaruh
terhadap pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal
ini menunjukkan bahwa mengenai jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang terlalu
lama mendapat respon yang tinggi.
3)
Mengenai jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan yang terlalu
pendek dalam proposal kegiatan.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,81 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti waktu pelaksanaan kegiatan berpengaruh
terhadap pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal
ini menunjukkan bahwa mengenai kesesuaian waktu pelaksanaan pekerjaan yang
terlalu pendek dalam proposal kegiatan mendapat respon yang tinggi.
4)
Mengenai kesesuaian
waktu pelaksanaan kegiatan rehab rumah gakin dari dana non PNPM-MP.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,81 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti waktu pelaksanaan kegiatan berpengaruh
terhadap pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal
ini menunjukkan bahwa mengenai kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan rehab
rumah gakin dari dana non PNPM-MP mendapat respon yang tinggi.
5)
Mengenai kesesuaian
waktu pemeliharaan yang disepakati dalam proposal kegiatan.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,89 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti waktu pelaksanaan kegiatan berpengaruh
terhadap pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal
ini menunjukkan bahwa mengenai kesesuaian waktu pemeliharaan yang disepakati dalam
proposal kegiatan mendapat respon yang tinggi.
4.
Faktor Sumber Daya
Manusia
Faktor
ini menjelaskan mengenai keberadaan pengelola kegiatan terhadap pelaksanaan
kegiatan program PNPM-MP diwilayahnya. Pengelolaan yang dimaksud adalah
penyangkut kemampuan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan.
1)
Kualifikasi panitia
pelaksana (KSM) yang dipersyaratkan pada kegiatan PNPM-MP.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,92 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti sumber daya manusia berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan kualifikasi panitia
pelaksanaan (KSM) yang dipersyaratkan pada kegiatan PNPM-MP mendapat respon
yang tinggi.
2)
Tenaga kerja setempat.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 4,08 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti sumber daya manusia berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa mengenai tenaga kerja setempat mendapat respon yang tinggi.
3)
Kemampuan panitia
pelaksana kegiatan dalam melakukan sosialisasi dan penyebarluasan informasi.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,89 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti sumber daya manusia berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan panitia pelaksana kegiatan dalam melakukan
sosialisasi dan penyebar luasan informasi
mendapat respon yang tinggi.
4)
Pemahaman panitia
pelaksana terhadam materi pekerjaan yang dilaksanakan.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 4,01 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti sumber daya manusia berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman panitia pelaksana terhadap materi pekerjaan yang
dilaksanakan mendapat respon yang tinggi.
5)
Pemahaman panitia
pelaksana terhadap materi pelaporan dan
administrasi pendukung kegiatan.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 4,06 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti sumber daya manusia berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa panitia pelaksana terhadap materi pelaporan dan administrasi
pendukung kegiatan mendapat respon yang tinggi.
5.
Faktor Swadaya
Masyarakat
Faktor
swadaya masyarakat berkaitan denganpenggalian swadaya baik yang tunai (In Cash)
maupun yang non tunai (In Kind), untuk menunjang pelaksanaan program PNPM-MP
karena pada dasarnnya dana BLM dari pemerintah merupakan dana stimulant.
1)
Pemahaman masyarakat
bahwa kegiatan PNPM-MP harus ada swadaya masyarakat.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 4,03 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti swadaya masyarakat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat bahwa kegiatan PNPM-MP harus ada swadaya
masyarakat mendapat respon yang tinggi.
2)
Pemahamana bahwa
swadaya masyrakat untuk pembangunan rehab rumah tidak layak huni digali dari
lingkungan sekitar.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,96 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti swadaya masyarakat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman bahwa swadaya masyarakat untuk pembangunan rehab rumah tidak layak huni
digali dari lingkungan sekitar mendapat respon yang tinggi.
3)
Pencapaian swadaya
masyarakat kegiatan rehab rumah tidak layak huni minimal 20% dari dana APBN
yang dianggarkan.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,72 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti swadaya masyarakat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa pencapaian swadaya masyarakat kegiatan rehab rumah ridak
layak huni minimal 20% dari dana APBN yang dianggarkan mendapat respon yang tinggi.
4)
Pengumpulan dana
swadaya masyarakat dilakukan oleh panitia kegiatan (KSM).
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,90 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti swadaya masyarakat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa pengumpulan dana swadaya masyarakat dilakukan oleh panitia
kegiatan (KSM) mendapat respon yang tinggi.
5)
Ketersediaan swadaya
masyarakat dalam bentuk In Kind lebih besar dibanding In Cash.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,94 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti swadaya masyarakat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa ketersediaan swadaya masyarakat dalam bentuk In Kind lebih
besar di banding In Cash mendapat respon yang tinggi.
6)
Swadaya masyarakat
dilaporkan secara transparan.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,99 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti swadaya masyarakat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa swadaya masyarakat dilaporkan secara transparan mendapat
respon yang tinggi.
7)
Swadaya masyarakat In
Cash dimasukkan dalam rekening.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,03 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti swadaya masyarakat berpengaruh terhadap
pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP. Hal ini
menunjukkan bahwa swadaya masyarakat In Cash
dimasukkan dalam rekening mendapat respon yang tinggi.
6.
Faktor Pndamping
Program/ Fasilitator
Faktor
ini menjelaskan mengenai peranan darifasilitator yang bertugas mendampingi
masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan, sekaligus mengawal agar dilapangan
kegiatannya bisa tepat sasaran dan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
pemerintah.
1)
Peran fasilitator dalam
melakukan sosialisasi dan penyebaran informasi kepada masyarakat tentang
program PNPM-MP.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 4,11 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti keberadaan pendamping
program/fasilitator berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak
huni pada program PNPM-MP. Hal ini menunjukkan bahwa peran fasilitator dalam
melakukan sosialisasi dan penyebaran informasi kepada masyarakat tentang
program PNPM-MP mendapat respon yang
tinggi.
2)
Peran pendamping dalam
memfasilitasi tahapan kegiatan, dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
kegiatan.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,98 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti keberadaan pendamping
program/fasilitator berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak
huni pada program PNPM-MP. Hal ini menunjukkan bahwa peran pendamping dalam
memfasilitasi tahap kegiatan, dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
kegiatan mendapat respon yang tinggi.
3)
Peran fasilitator dalam
melaksanakan OJT kepada KSM dan bimbingan lapangan.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 4,04 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti keberadaan pendamping
program/fasilitator berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak
huni pada program PNPM-MP. Hal ini menunjukkan bahwa perasn fasilitator dalam
melaksanakan OJT kepada KSM dan bimbingan lapangan mendapat respon yang tinggi.
4)
Pengendalian pengawasan
kegiatan oleh pendamping agar tepat waktu, biaya dan mutu.
Dari
hasil evaluasi yang dilakukan, rata-rata skor yang dicapai adalah 3,66 dan
termasuk kategori tinggi. Yang berarti keberadaan pendamping
program/fasilitator berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan rumah tidak layak
huni pada program PNPM-MP. Hal ini menunjukkan bahwa pengendalaian dan pengawasan
kegiatan oleh pendamping agar tepat
waktu, biaya dan mutu mendapat respon yang tinggi.
B. Pembahasan
1.
Uji Validitas dan
Reliabilitas
a.
Uji Validitas
Dalam penelitian ini, kevalidan dan
kuesioner diukur pada tingkat signifikan (α) 5%, dan dengan dasar
pengambilan keputusan sebagai berikut (Santoso, 2000) :
1)
Jika r hasil positip,
serta r hasil ˃ r tabel, maka butir variable tersebut adalah valid
2)
Jika r hasil negative,
serta r hasil ˂ r tabel, maka butir variable tersebut adalah tidak valid.
3)
Hasil uji validitas
variable menunjukkan bahwa keseluruhan indikator variable penelitian mencakup
31 pernyataan yang harus ditanggapi oleh responden. Menentukan nilai r tabel
digunakan kriteria: taraf signifikan (α) sebesar 0,05 derajat kebebasan (derajat
kebebasan) n - 2
(n = jumlah responden) yaitu sebanyak 90
- 2 = 88.
Dari data ini diperoleh nilai r tabel sebesar 0,174 (lihat lampiran)
b.
Uji Reabilitas
Reabilitas sebenarnya adalah alat
untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variable atau
konstruk. Suatu kuesioner diakatakan reliable atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
(Ghozal Imam, 2001).
Suatu konstruk dikatakan reliabel
jika memberikan nilai Cronbach Alpha yang positif dan lebih besar dari0,60 (Ghozali Imam,
2005). Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa semua variabel dalam
penelitian ini memiliki nilai Cronbach Alpha hitung lebih besar 0,60. Dengan
demikian bisa diambil kesimpulan bahwa semua variabel dalam penelitian ini
adalah reliabel.
2.
Pengujian Hipotesis
a.
Uji Serntak (Uji F)
Berikut
ini ditampilkan hasil uji serentak, dari olah data dengan SPSS 16.0 sebagaimana
pada lampiran:
Tabel
1.
Hasil
Uji F
Menentukan nilai F tabel, digunakan
kriteria: taraf signifikan (α) sebesar 0,05, derajat kebebasan = n – k – 1
(k = jumlah variabel bebas, n = jumlah sampel). Dan dihasilkan derajat kebebasan
= 90 – 6 – 1 = 83, jaid nilai F tabel = 3,106.
Dari tabel, dapat dijelaskan bahwa
nilai F hitung 20,868 ˃ F tabel 3,106, dan nilai significant hasil uji F
0,000 ˂ 0,050, hal ini menunjukkan
bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi keterlambatan
pelaksanaan kegiatan rehab rumah tidak
layak huni pada program PNPM-MP. Berarti faktor sikap masyarakat, nilai
kegiatan, waktu pelaksanaan, sumber daya manusia, swadaya masyarakat, dan
pendamping program/ fasilitator secara serentak atau bersama-sama berpengaruh
terhadap keterlambatan pelaksanaan kegiatan rehab rumah tidak layak huni pada
program PNPM-MP di Kecamatan Lebaksiu kabupaten Tegal pada tahun 2012.
Dengan
demikian hipotesia pertama, yaitu:
H0 :
Faktor
sikap masyarakat , nilai kegiatan, waktu pelaksanaan, sumber daya manusia, swadaya
masyarakat, dan pendamping program secara bersama-sama berpengaruh terhadap
keterlambatan pelaksanaan kegiatan rehab rumah tidak layak huni pada program
PNPM-MP. Adalah
benar.
b.
Faktor yang Berpengaruh
Dominan
Dari
tabel 4.8, dapat diketahui bahwa ada satu faktor dominan yang berpengaruh,
yaitu faktor sikap masyarakat dengan nilai koefesian sebesar 0,291 selanjutnya
secara menurun adalah faktor swadaya menurun adalah faktor swadaya masyarakat
dengan nilai koefesien 0,230 faktor pendamping program dengan nilai koefesien
0,224 faktor waktu pelaksanaan dengan nilai koefesien 0,192 faktor nilai
kegiatan dengan nilai koefesien sebesar 0,107, dan terkecil adalah faktor sumber
daya manusia dengan nilai koefesien 0,085.
Dengan demikian hipotesa kedua:
H1 : ada satu faktor
dominan yang berpengaruh terhadap keterlambatan pelaksanaan kegiatan rehab rumah tidak layak
huni pada program PNPM-MP.
Adalah benar.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisi data dan pembahasan, maka pada penelitian yang dilaksanakan, maka
peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Faktor-faktor sikap masyarakat,
nilai kegiatan, waktu pelaksanaan, sumber daya manusia, swadaya masyarakat, dan
pendamping program secara bersama-sama berpengaruh terhadap signifikan terhadap
keterlambatan pelaksanaan kegiatan rehab rumah yang tidak layak huni pada
program PNPM-MP. Hal ini menunjukkan dari uji serentak (Uji F), yang
menghasilkan nilai F hitung 20,868 ˃ F tabel 3,106 dan nilai significant
hasil uji F 0,000˂0,050. Secara parsial/sendiri-sendirijuga berpengaruh
secara signifikan terhadapa keterlambatan
pelaksanaan kegiatan rehab rumah ridak layak huni pada program PNPM-MP,
hal ini ditunjukkan dari uji parsial (Uji t), yang menghasilkan nilai t hitung
nilai variabel bebas adalah ˃ dari t tabel, dan nilai signifikan seluruh
variabel adalah ˂0,05.
2.
Ada satu faktor dominan yang
berpengaruh secara signifikan terhadap keterlambatan pelaksanaan kegiatan rehab
rumah tidak layak huni pada program PNPM-MP, yaitu variabel nilai kegiatan, hal
ini ditunjukkan dari nilai koefesien
dari persamaan regresinya yaitu sebesar 0,604. Nilai kegiatan yang
dimaskud adalah besarnya alokasi dana atau nilai bantuan yang diberikan untuk
kegiatan perbaikan rumah. Bila dana
kegiatan itu semakin besar, maka ada kecenderungan pelaksanaan kegiatannya akan
mengalamiketerslambatan. Hal ini dikarenakan, pekerjaan rehab rumah itu
memiliki item pekerjaan yang cukup banyak, mulai dari pembongkaran sampai
dengan pembangunan kembali dari rumah tersebut.
BIBLIOGRAFI
Agus
Zainul Arifin.2007. Perencanaan,
Jenis Penelitian dan Metode Ilmiah, Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
UMB
Anonymous,
Skala Likert, http://id.wikipedia.org/wiki/Skala_Likert,
Diakses pada tanggal 3 Januari 2013
Anonymous,
Masyarakat, http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat,
Diakses pada tanggal 3 Januari 2013
Anonymous,
Pemberdayaan, http://www.scribd.com/Pemberdayaan,
Diakses pada tanggal 3 Januari 2013
Anonymous,
Metode Penelitian Sampling, http://cuplis.net/2013/03/metode-penelitian-sampling,
Diakses pada tanggal 3 Januari 2013
Anonymous,
Metode Sampling, http://cuplis.net/2013/04/metode-sampling,
Diakses pada tanggal 3 Januari 2013
Amstein,
Sherry R. 1969. “A Ladder of Citizen Participation” Journal
of the American Planning Association JAIP, vol. 35 no 4.
Beebe,
James. 1995. “Basic Consept and techniques of Rapid Appraisal”, Human Organization, vol.
54, no. 1, Spring.
Baiquni,
M dan Susilawardani. 2002. Pembangunan yang tidak Berkelanjutan,
Refleksi Kritis Pembangunan Indonesia. Transmedia
Global Wacana, Yogyakartaa
Bungin,
Burhan. 2001. Metodologi
Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.
Departemen
Pekerjaan Umum. 2010. Pedoman Pelaksanaan
PNPM Mandiri Perkotaan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum
Dwi. 2008.
PRA sebagai Metode Pelaksanaan
Konsep Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta, Divisi Consulting CV. Karya
Mandiri Sejahtera
Gay,
L.R, 1991, Educational Evaluation and
Measurement: Com-petencies for Analysis and Application, Second Edition,
New York, Macmillan Publising Company.
Kartasamita,
Ginandjar, 1997, Pemberdayaan Masyarakat,
Konsep Pembangunan yang Berakar pada Masyarakat. Disampaikan pada Sarasehan
DPD Golkar Tk. 1 Jawa Timur, Surabaya, 14 Maret 1997
Levin,
Richard & Rubin, David. 1998. Statistic for Managements, Prentice Hall
International Inc.
Qomaruddin,
Mohammad. 2010.
Pengaruh Swadaya Masyarakat pada
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) terhadap
Pembangunan Infrastruktur Jalan, Tesis, Program Pasca Sarjana
Magister Teknik Sipil Jurusan Manajemen Rekayasa Konstruksi. Semarang: Unissula
Santoso,
S. 2000. Buku
Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, Kelompok Gramedia
Singarimbun,
Masri dan Sofian Effendi. 1997. Metode
Penelitian Survey. LP3ES.
Sudjana. 1989. Metode Statistika. Bandung: Transito.
Umar,
Husei. 2004.
Metode Riset Ilmu Administrasi.Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Wibisono, Gunawan.1989.
Partisipasi Masyarakat dalam
Proses Peremajaan Pasar, Tesis, Program Pasca Sarjana Perencanaan
Wilayah dan Kota Bandung:
ITB.